|  | 
| Photo Tahun 70-an | 
|  | 
| Photo Tahun 2000-an | 
Sejarah
 
Dalam catatan sejarah Istana Maimun yang disebut juga sebagai
Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini
 didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan 
istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, dan 
diresmikan tiga tahun kemudian, pada 18 Mei 1891. di masa kekuasaan Sultan Makmun 
al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung  Sultan 
Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan. Pemerintah Hindia 
Belanda turut juga membantunya dengan menunjuk Kapten KNIL Thomas van 
ERP di bidang teknis pembangunan.
 
Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh 
para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana 
ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya, 
pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta 
perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam 
setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar 
keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan 
mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga).
 
Bagi para pengunjung yang datang ke 
istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang 
pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga 
Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Di sini, juga terdapat meriam 
buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam 
ini dengan sebutan meriam  puntung.
 
Kisah meriam puntung ini punya  kaitan 
dengan Putri Hijau. Dikisahkan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang
 putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, 
karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua orang saudara 
laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika, 
datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak 
oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan 
Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara 
Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi 
keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak
 membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke 
arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian depannya 
ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. 
Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian 
dipindahkan ke halaman Istana Maimun.
 
Setiap hari, Istana ini terbuka  untuk umum, kecuali bila ada penyelenggaraan upacara  khusus.
 
|  | 
| Photo Satelit | 
Istana ini terletak di jalan  Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan,  Sumatera Utara.
 
Luas istana lebih kurang 2.772 m, dengan 
halaman yang luasnya mencapai 4 hektar. Panjang dari depan kebelakang 
mencapai 75,50 m. dan tinggi bangunan mencapai 14,14 m. Bangunan istana 
bertingkat dua, ditopang oleh tiang kayu dan batu
 
Setiap sore, biasanya banyak  anak-anak yang bermain di halaman istana yang luas.
 
|  | 
| Gaya Arsitektur | 
Arsitektur 
Arsitektur bangunan merupakan perpaduan 
antara ciri arsitektur Moghul, Timur Tengah, Spanyol, India, Belanda dan
 Melayu. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan 
jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu yang 
menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan 
lengkungan (arcade) pada atap. Tinggi lengkungan tersebut 
berkisar antara 5 sampai 8 meter. Bentuk lengkungan ini amat populer di 
kawasan Timur Tengah, India dan Turki.
 
Bangunan istana terdiri dari tiga ruang 
utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Bangunan induk
 disebut juga Balairung dengan luas 412 m2, dimana singgasana
 kerajaan berada. Singgasana kerajaan digunakan dalam acara-acara 
tertentu, seperti penobatan raja, ataupun ketika menerima sembah sujud 
keluarga istana pada hari-hari besar Islam.Di bangunan ini juga terdapat
 sebuah lampu kristal besar bergaya Eropa.
 
Di dalam istana terdapat 30 ruangan, 
dengan desain interior yang unik, perpaduan seni dari berbagai negeri. 
Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak seperti istana 
raja-raja Moghul.
 
Ada beberapa pendapat mengenai siapa 
sesungguhnya perancang istana ini. Beberapa sumber menyebutkan 
perancangnya seorang arsitek berkebangsaan Italia, namun tidak diketahui
 namanya secara pasti. Sumber lain, yaitu pemandu wisata yang bertugas 
di istana ini, mengungkapkan bahwa arsiteknya adalah seorang Kapitan 
Belanda bernama T. H. Van Erp.